Definisi
Kepemimpinan Menurut Para Ahli
v Menurut
Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar
mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
v Menurut
Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu
bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong
atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
v Moejiono
(2002) memandang bahwa leadership tersebut
sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas
tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance
induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara
tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan
keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.
MODAL DASAR YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG PEMIMPIN
1. Kekuasaan / Wewenang / Power.
Kekuasaan berasal dari :
a. Pengangkatan
b. Keahlian, berasal dari pengetahuan dan pengalaman
c. Kewibawaan, berasal dari :
1.Sikap
2.Adil
3.Jujur
4.Disiplin – taat terhadap suatu aturan / sistem yang berlaku
5.Bijaksana
Kekuasaan berasal dari :
a. Pengangkatan
b. Keahlian, berasal dari pengetahuan dan pengalaman
c. Kewibawaan, berasal dari :
1.Sikap
2.Adil
3.Jujur
4.Disiplin – taat terhadap suatu aturan / sistem yang berlaku
5.Bijaksana
2. Penguasaan Pengetahuan sesuai
dengan bidangnya.
3. Berpikir strategis atau
berpikir antisipatif.
4. Kemampuan membangun hubungan ( komunikasi )
Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi berhasil baik, jika timbul saling pengertian, yakni jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi, dapat memahaminya.
Kewajiban atasan terhadap bawahan adalah kontrol, sedang kewajiban bawahan terhadap atasan adalah melaporkan.
Komunikasi yang kurang baik / tidak ada komunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman, ketidak harmonisan, kekesalan dan dapat menjadi faktor utama pembawa keruntuhan dalam hubungan manusia serta efisiensi.
Kesalahan dalam komunikasi :
Berkomunikasi dengan orang yang keliru.
Berkomunikasi tidak pada saat yang tepat, baik terlalu dini atau sudah terlambat.
Berkomunikasi dengan metode yang salah :
a)Gaya bahasa.
b)Sikap.
c)Salah memilih kata-kata / bahasa.
d)Opini / pendapat yang disimpulkan sebagai fakta.
e)Menganggap orang lain sudah paham apa yang kita bicarakan.
Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi berhasil baik, jika timbul saling pengertian, yakni jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi, dapat memahaminya.
Kewajiban atasan terhadap bawahan adalah kontrol, sedang kewajiban bawahan terhadap atasan adalah melaporkan.
Komunikasi yang kurang baik / tidak ada komunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman, ketidak harmonisan, kekesalan dan dapat menjadi faktor utama pembawa keruntuhan dalam hubungan manusia serta efisiensi.
Kesalahan dalam komunikasi :
Berkomunikasi dengan orang yang keliru.
Berkomunikasi tidak pada saat yang tepat, baik terlalu dini atau sudah terlambat.
Berkomunikasi dengan metode yang salah :
a)Gaya bahasa.
b)Sikap.
c)Salah memilih kata-kata / bahasa.
d)Opini / pendapat yang disimpulkan sebagai fakta.
e)Menganggap orang lain sudah paham apa yang kita bicarakan.
Hambatan dalam komunikasi :
Hambatan semantic / perseptual / persepsi
Karena menggunakan kata-kata yang tidak jelas atau tidak dimengerti artinya.
Hambatan pisik
Akibat adanya gangguan suara, jarak, volume, aksen, blockade dll.A
Psikologis
Timbulnya emosi baik dari dalam diri komunikator maupun penerima, dapat mempengaruhi baik kesediaan maupun kemampuan berkomunikasi.
Hambatan semantic / perseptual / persepsi
Karena menggunakan kata-kata yang tidak jelas atau tidak dimengerti artinya.
Hambatan pisik
Akibat adanya gangguan suara, jarak, volume, aksen, blockade dll.A
Psikologis
Timbulnya emosi baik dari dalam diri komunikator maupun penerima, dapat mempengaruhi baik kesediaan maupun kemampuan berkomunikasi.
Komunikasi yang
baik :
Tentukan tujuan komunikasi, kenapa harus melakukan ini, jelaskan latar belakangnya.
Cobalah tempatkan diri anda pada posisi penerima.
Cek apakah maksud anda sudah bisa diterima atau belum.
Dorong / beri semangat agar orang lain lebih komunikatif.
Tentukan tujuan komunikasi, kenapa harus melakukan ini, jelaskan latar belakangnya.
Cobalah tempatkan diri anda pada posisi penerima.
Cek apakah maksud anda sudah bisa diterima atau belum.
Dorong / beri semangat agar orang lain lebih komunikatif.
5. Kemapuan untuk membangun team
Kemampuan harus selalu berpikir dalam kerangka tim, bukan tujuan untuk menonjolkan diri, jika harus menonjol maka yang menonjol dalah tim bukan orang per – orang, terlebih-lebih pimpinanya.
Kemampuan harus selalu berpikir dalam kerangka tim, bukan tujuan untuk menonjolkan diri, jika harus menonjol maka yang menonjol dalah tim bukan orang per – orang, terlebih-lebih pimpinanya.
Untuk dapat
membangun tim seorang pimpinan harus memiliki :
Keterarahan
Seorang pemimpin harus dapat menetukan arah tujuan dari setiap organisasi yang dipimpinnya.
Memotivasi
Pendekatan pemimpin kepada anggotanya baik sikap, tutur kata, harus mampu mengobarkan semangat atau memberikan motivasi bawahannya.
Penerimaan / dapat diterima oleh bawahannya :
Anda baru benar – benar menjadi pemimpin saat penunjukan anda diterima dengan baik dalam hati dan pikiran bawahan.
Beberapa kiat supaya anda diterima oleh bawahan sebagai berikut :
Tunjukan kualita bahwa anda mampu.
Peliharalah kepribadian yang hangat.
Penuh ketenangan ( berpikirlah rasional bukan dengan emosi ).
Tegas dan adil untuk semua bawahan, hindarilah pengangkatan “ anak emas “.
Pegang 4 teguh prinsip dalam memimpin : memimpin tanpa mengepalai; membimbing tanpa menekan; menegur tanpa menyakiti hati; menjaga harga diri bawahan.
Keterarahan
Seorang pemimpin harus dapat menetukan arah tujuan dari setiap organisasi yang dipimpinnya.
Memotivasi
Pendekatan pemimpin kepada anggotanya baik sikap, tutur kata, harus mampu mengobarkan semangat atau memberikan motivasi bawahannya.
Penerimaan / dapat diterima oleh bawahannya :
Anda baru benar – benar menjadi pemimpin saat penunjukan anda diterima dengan baik dalam hati dan pikiran bawahan.
Beberapa kiat supaya anda diterima oleh bawahan sebagai berikut :
Tunjukan kualita bahwa anda mampu.
Peliharalah kepribadian yang hangat.
Penuh ketenangan ( berpikirlah rasional bukan dengan emosi ).
Tegas dan adil untuk semua bawahan, hindarilah pengangkatan “ anak emas “.
Pegang 4 teguh prinsip dalam memimpin : memimpin tanpa mengepalai; membimbing tanpa menekan; menegur tanpa menyakiti hati; menjaga harga diri bawahan.
Mengapa team
gagal ?
1.Tidak ada kesamaan tujuan.
2.Tidak ada kesamaan persepsi.
3.Tidak ada komitmen.
4.Tidak ada koordinasi.
5.Tidak ada komunikasi dua arah.
6.Tidak ada disiplin
7.Mementingkan diri sendiri.
8.Emosional.
9.Saling curiga.
10.Pemimpin tidak mampu memimpin.
1.Tidak ada kesamaan tujuan.
2.Tidak ada kesamaan persepsi.
3.Tidak ada komitmen.
4.Tidak ada koordinasi.
5.Tidak ada komunikasi dua arah.
6.Tidak ada disiplin
7.Mementingkan diri sendiri.
8.Emosional.
9.Saling curiga.
10.Pemimpin tidak mampu memimpin.
Cara
memperbaiki team :
1.Memastikan tujuan yang jelas.
2.Memberikan komitmen pad tujuan tersebut.
3.Menyepakati cara tujuan.
4.Terbuka pada gagasan baru.
5.Komunikasi dua rah & memperhatikan pendapat anggota.
6.Setiap konflik harus bisa diatasi bersama.
7.Menyesuaikna diri setiap perubahan.
1.Memastikan tujuan yang jelas.
2.Memberikan komitmen pad tujuan tersebut.
3.Menyepakati cara tujuan.
4.Terbuka pada gagasan baru.
5.Komunikasi dua rah & memperhatikan pendapat anggota.
6.Setiap konflik harus bisa diatasi bersama.
7.Menyesuaikna diri setiap perubahan.
Manfaat sebuah
team dalam perusahaan :
1.Produktifiatas meningkat.
2.Keyakinan & kepercayaan bertambah.
3.Suasana harmonis.
4.Keputusan lebih akurat dan cepat.
5.Beban dapat ditanggung bersama.
6.Team kerja semakin kokoh.
7.Meningkatkan performance perusahaan.
1.Produktifiatas meningkat.
2.Keyakinan & kepercayaan bertambah.
3.Suasana harmonis.
4.Keputusan lebih akurat dan cepat.
5.Beban dapat ditanggung bersama.
6.Team kerja semakin kokoh.
7.Meningkatkan performance perusahaan.
6. Keteladanan seorang pemimpin harus bisa menjadi contoh
Didalam konsep filosopi jawa dikenal konsep.
a.Ing Ngarsa Sung Tulado
Bila sang pemimpin berada didepan, dapat memberikan teladan / contoh kepada bawahannya.
b. Ing Madyo Mangun Karso
Bila berada ditengah – tengah anggotany, mampu membarikan semangat, aktifitas maupun kreatifitas anggotanya.
c. Tut Wuri Handayani
Bila berada dibelakang mampu memnerikan dorongan / perhatian penuh yang didasari maksud pembinaan dan jauh dari sifat memaksakan kehendak.
Didalam konsep filosopi jawa dikenal konsep.
a.Ing Ngarsa Sung Tulado
Bila sang pemimpin berada didepan, dapat memberikan teladan / contoh kepada bawahannya.
b. Ing Madyo Mangun Karso
Bila berada ditengah – tengah anggotany, mampu membarikan semangat, aktifitas maupun kreatifitas anggotanya.
c. Tut Wuri Handayani
Bila berada dibelakang mampu memnerikan dorongan / perhatian penuh yang didasari maksud pembinaan dan jauh dari sifat memaksakan kehendak.
PEMIMPIN YANG SUKSES
Sukses berarti berhasil, dengan demikian pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang memiliki hasil guna dan daya guna yang tinggi bagi organisasinya, dan dengan demikian mampu menyelesaikan misi yang diembannya bersama bawahan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Sukses berarti berhasil, dengan demikian pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang memiliki hasil guna dan daya guna yang tinggi bagi organisasinya, dan dengan demikian mampu menyelesaikan misi yang diembannya bersama bawahan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Filosof Cina “ Lau Tzu “ yang
hidup di abad ke VI masehi, menyatakan sebagai berikut :
Seorang pemimpin dalam tingkatannya yang paling jelek adalah saat yang dipimpin ingin mencampakannya.
Dalam tingkatan sedikit lebih baik, adalah ketika orang-orang yang dipimpin taat dan mengelu-elukannya.
Dalam tingkatannya yang paling baik, adalah ketika orang-orang yang dipimpin nyaris / hamper tidak tahu kalau dia ada.
Indikasi Pemimpin yang baik adalah :
Sistem prosedur kerja yang sudah berjalan dengan baik, sehingga anak buahnya tidak perlu diberikan intruksi terus menerus.
Sikap kerja yang positif, matang, dan mandiri.
Pola kerja lebih bersifat antisipatif, daripada menyelesaikan persoalan demi persoalan ( kasus demi kasus ).
Seorang pemimpin dalam tingkatannya yang paling jelek adalah saat yang dipimpin ingin mencampakannya.
Dalam tingkatan sedikit lebih baik, adalah ketika orang-orang yang dipimpin taat dan mengelu-elukannya.
Dalam tingkatannya yang paling baik, adalah ketika orang-orang yang dipimpin nyaris / hamper tidak tahu kalau dia ada.
Indikasi Pemimpin yang baik adalah :
Sistem prosedur kerja yang sudah berjalan dengan baik, sehingga anak buahnya tidak perlu diberikan intruksi terus menerus.
Sikap kerja yang positif, matang, dan mandiri.
Pola kerja lebih bersifat antisipatif, daripada menyelesaikan persoalan demi persoalan ( kasus demi kasus ).
SIFAT – SIFAT SEORANG
PEMIMPIN
Dengan mengamati beberapa pemimpin besar yang sangat menonjol, kita dapat mengumpulkan sifat – sifat yang dimilik yang dapat dijadikan acuan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik sebagai berikut :
1) Mempunyai keinginan yang kuat untuk melebihi orang lain
Seorang pemimpin tidak mau menjadi orang nomor dua. Ia ingin mengatasi dan mengungguli sesamanya. Ia penuh inisiatif dan sanggup bekerja keras dan ulet dalam mencapai tujuan.
2) Mempunyai tanggung jawab besar
Seorang pemimpin tidak pernah merasa takut memikul tanggung jawab. Bila bawahan melakukan kesalahan, ia mau membantu memikul tanggung jawab ( bertanggung tanggap ).
3) Mau bekerja keras
Seorang pemimpin selalu sanggup bekerja keras dan tak kenal lelah. Ia mempunyai daya tahan yang kuat untuk bekerja keras dalam waktu lama.
4) Pandai bergaul
Seorang pemimpin selalu pandai bergaul. Ia berusaha mengenal baik temannya dan memahami segala persoalannya. Ia mampu bekerja sama dengan orang lain.
5) Memberi contoh bekerja semangat
Seorang pemimpin selalu menjadi pelopor dan memberi contoh bekerja keras dan bersemangat, sehinnga bawahannya ikut bersemangat semua.
6) Memiliki rasa integritas, yakni bersatu pada kelompok yang dipimpinnya.
Selain Sifat positif yang perlu dimiliki, perlu juga sifat – sifat
negatif yang
harus dijauhi oleh pemimpin yaitu :
a) Menyalahkan orang lain
Jika ada pekerja yang tidak beres, sedangkan sebenarnya Anda yang harus bertanggung jawab, janganlah menyalahkan orang lain. Anda harus berani menaggung kesalahan, jangan hanya meminta dipuji saja.
Jika ada pekerja yang tidak beres, sedangkan sebenarnya Anda yang harus bertanggung jawab, janganlah menyalahkan orang lain. Anda harus berani menaggung kesalahan, jangan hanya meminta dipuji saja.
b) Mementingkan diri sendiri
Pemimpin yang hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak akan memndapat dukungan dari bawahannya. Perhatikanlah kepentingan klompok, jangan kepentingan diri sendiri. Ajaklah mereka berpartisipasi.
Pemimpin yang hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak akan memndapat dukungan dari bawahannya. Perhatikanlah kepentingan klompok, jangan kepentingan diri sendiri. Ajaklah mereka berpartisipasi.
c)Menyuruh orang lain melakukan sesuatu sedangkan ia ( pemimpin )
sendiri tidak mau melakukannya.
d) Bersikap dingin terhadap bawahan
Janganlah memandang rendah bawahan. Sikap semacam ini menjauhkan Anda dari mereka dan mengurangi semangat mereka.
Janganlah memandang rendah bawahan. Sikap semacam ini menjauhkan Anda dari mereka dan mengurangi semangat mereka.
e) Bersikap lamban
Tidak berbuat sesuatu pada waktu sangat diperlukan untuk bertindak segera.
Tidak berbuat sesuatu pada waktu sangat diperlukan untuk bertindak segera.
f) Menganggap dirinya sebagai orang besar dan meremehkan bawahannya.
g) Tidak Jujur
h) Terlalu cepat mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan faktanya.
TIPE
PEMIMPIN
Diktator
Ia memegang kekuasaan mutlak, tidak terbatas dan meggunakannya sekehendak hatinya. Cara memimpinnya negatif, dan selalu menakut-nakuti bawahannya dengan berbagai macam ancaman menurunkan pangkat, gaji, dan memecat. Dengan cara ini ia memang dapat mencapai sasarannya, tetapi diragukan apakah kualitas dan kuantitas hasilnya dapat dipertahankan terus.
Ia memegang kekuasaan mutlak, tidak terbatas dan meggunakannya sekehendak hatinya. Cara memimpinnya negatif, dan selalu menakut-nakuti bawahannya dengan berbagai macam ancaman menurunkan pangkat, gaji, dan memecat. Dengan cara ini ia memang dapat mencapai sasarannya, tetapi diragukan apakah kualitas dan kuantitas hasilnya dapat dipertahankan terus.
Tipe kepemimpinan diktator sering
menimbulkan suasana kerja yang tidak menyenangkan, gelisah, tidak tentram,
tidak puas, dan akhirnya menyebabkan pemogokan dan keluarnya karyawan ke
perusahaan lain. Tipe kepemimpinan diktator pada umumnya tidak dapat
berlangsung lama.
Otoriter
Pemimpin otoriter ingin berkuasa sendiri dan tidak mau melimpahkan kekuasaannya sedikitpun kepada bawahannya.
Bawahannya tidak bersuara sama sekali, mereka harus patuh, taat dan menuruti segala perintahnya. Untuk itu pemimpin otoriter selalu melakukan pengawasannya yang ketat. Ia tidak memberikan informasi kepada bawahannya dan ia membuat mereka tergantung kepada keputusannya.
Pemimpin otoriter ingin berkuasa sendiri dan tidak mau melimpahkan kekuasaannya sedikitpun kepada bawahannya.
Bawahannya tidak bersuara sama sekali, mereka harus patuh, taat dan menuruti segala perintahnya. Untuk itu pemimpin otoriter selalu melakukan pengawasannya yang ketat. Ia tidak memberikan informasi kepada bawahannya dan ia membuat mereka tergantung kepada keputusannya.
Cara-cara kepemimpinan otoriter
dapat disamakan dengan pemimpin diktator. Cara kepemimpinan diktator atau
otoriter dapat di lakukan hanya dalam hal-hal tertentu saja, misalnya :
Dalam menghadapi karyawan baru, yang belum mengetahui betul tugasnya dan belum biasa dengan metode kerja yang harus dipakainya.
Dalam keadaan darurat dan mendesak, yang memerlukan tindakan segera.
Dalam hal anda memberi perintah kepada bawahan yang sukar dan keras kepala yang tidak mau mendengar perintah.
Dalam hal kekuasaan anda terancam. Berikan perintah tegas.
Dalam menghadapi karyawan baru, yang belum mengetahui betul tugasnya dan belum biasa dengan metode kerja yang harus dipakainya.
Dalam keadaan darurat dan mendesak, yang memerlukan tindakan segera.
Dalam hal anda memberi perintah kepada bawahan yang sukar dan keras kepala yang tidak mau mendengar perintah.
Dalam hal kekuasaan anda terancam. Berikan perintah tegas.
Demokratis
Pemimpin yang demokratis selalu meminta bantuan dan saran dari bawahannya, selalu mengajak mereka bersama-sama memecahkan persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Pada umumnya tipe pemimpin yang demokratis dapat berhasil memimpin kelompok secara efektif. Kelompok akan tetap bekerja baik, walaupun anda tidak mengawasinya, misalnya sewaktu anda sedang cuti maupun sakit.Pemimpin yang demokratis dengan suka rela mendelegasikan wewenang kepada bawahannya. Ia selalu berusaha menciptakan suasana kerja yang baik, memupuk sengat kerja dan saling menghormati.
Pemimpin yang demokratis selalu meminta bantuan dan saran dari bawahannya, selalu mengajak mereka bersama-sama memecahkan persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Pada umumnya tipe pemimpin yang demokratis dapat berhasil memimpin kelompok secara efektif. Kelompok akan tetap bekerja baik, walaupun anda tidak mengawasinya, misalnya sewaktu anda sedang cuti maupun sakit.Pemimpin yang demokratis dengan suka rela mendelegasikan wewenang kepada bawahannya. Ia selalu berusaha menciptakan suasana kerja yang baik, memupuk sengat kerja dan saling menghormati.
Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory)
Studi-studi mengenai sifat-sifat/ciri-ciri mula-mula mencoba untuk
mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan
kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang
sifat/ciri telah dilakukan, namun sifat /ciri tersebut tidak memiliki hubungan
yang kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian
mengenai sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat/ciri
itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku atau
bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri dan kemampuan
bagi keberhasilan seorang pemimpin.
Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral
Theory)
Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian
mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah
kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan
selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang
berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi
telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan
kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan.
Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan
untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja
bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat
dari teori perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian
mempunyai lebih banyak bawahan yang puas.
Hasil
studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin
pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating
structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku
pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi
pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s
Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan
dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya
menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University
dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini,
perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat
perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.
Teori Kontingensi
(Contigensy Theory)
Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin
(atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan.
Teori Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku
pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin
memotivasi para pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang
konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa
hasil-hasil dapat diperoleh dengan usaha yang serius dan bahwa usaha yang
demikian akan berhasil, maka kemungkinan akan melakukan usaha tersebut.
Aspek-aspek situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik
pengikut menentukan tingkat keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk
memperbaiki kepuasan dan usaha para pengikut.
LPC
Contingency Model dari Fiedler berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari
tiga variabel situasional pada hubungan antara suatu ciri pemimpin (LPC) dan
kinerja pengikut. Menurut model ini, para pemimpin yang berskor LPC tinggi
adalah lebih efektif untuk situasi-situasi yang secara moderat menguntungkan,
sedangkan para pemimpin dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik
pada situasi yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Leader Member
Exchange Theory menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan
pertukaran dalam situasi yang berbeda dengan berbagai pengikut. Hersey and
Blanchard Situasional Theory lebih memusatkan perhatiannya pada para pengikut.
Teori ini menekankan pada perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya dan hubungan pemimpin pengikut.
Leader Participation Model menggambarkan bagaimana perilaku pemimpin
dalam proses pengambilan keputusan dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini
menganalisis berbagai jenis situasi yang mungkin dihadapi seorang pemimpin
dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Penekanannya pada perilaku
kepemimpinan seseorang yang bersifat fleksibel sesuai dengan keadaan yang
dihadapinya.
TEORI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER
Teori Atribut Kepemimpinan
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat
orang atau seorang pemimpin mengenai individu-individu lain yang menjadi
bawahannya.
- Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya.
- Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious Attentional Resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan).
- Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu teori yang berfokus pada akal sehat.
Kepemimpinan
Kharismatik
Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif
antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa
percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang
lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan
dengan kebutuhan para pengikut.
Berbagai
teori tentang kepemimpinan karismatik telah dibahas dalam kegiatan belajar ini.
Teori kepemimpinan karismatik dari House menekankan kepada identifikasi
pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan pengaruh pemimpin terhadap
tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para pengikut. Teori atribusi
tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai proses
utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder. Teori konsep diri
sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan pengaruh
pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit
terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu, teori penularan sosial
menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi oleh pemimpin tersebut
mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut lainnya dipengaruhi
melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan psikoanalitis
tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari pemimpin
berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.
Karisma
merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh
seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi karisma walaupun sukar untuk dilaksanakan.
Kepemimpinan karismatik memiliki dampak positif maupun negatif terhadap para
pengikut dan organisasi.
Pemimpin pentransformasi (transforming leaders) mencoba menimbulkan
kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai-nilai
moral yang lebih tinggi.
Burns
dan Bass telah menjelaskan kepemimpinan transformasional dalam organisasi dan
membedakan kepemimpinan transformasional, karismatik dan transaksional.
Pemimpin transformasional membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap
nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat
yang lebih tinggi dan menyebabkan para pengikut lebih mementingkan organisasi.
Hasilnya adalah para pengikut merasa adanya kepercayaan dan rasa hormat
terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi
dari yang diharapkan darinya. Efek-efek transformasional dicapai dengan
menggunakan karisma, kepemimpinan inspirasional, perhatian yang
diindividualisasi serta stimulasi intelektual.
Hasil penelitian Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna telah memberikan
suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional mengubah budaya dan
strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para pemimpin
transformasional memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah komitmen
terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut, dan
menanamkan nilai-nilai baru.
TIPOLOGI
KEPEMIMPINAN
Tipologi
Kepemimpinan Berdasarkan Kondisi Sosio Psikologis
Kondisi sosio-psikologis adalah semua kondisi eksternal dan internal
yang ada pada saat pemunculan seorang pemimpin. Dari sisi kondisi
sosio-psikologis pemimpin dapat dikelompokkan menjadi pemimpin kelompok
(leaders of crowds), pemimpin siswa/mahasiswa (student leaders), pemimpin
publik (public leaders), dan pemimpin perempuan (women leaders). Masing-masing
tipe pemimpin tersebut masih bisa dibuat sub-tipenya. Sub-tipe pemimpin
kelompok adalah: crowd compeller, crowd exponent, dan crowd representative.
Sub-tipe
pemimpin siswa/mahasiswa adalah: the explorer president, the take charge
president, the organization president, dan the moderators. Sub-tipe pemimpin
publik ada beberapa, yaitu:
- Menurut Pluto: timocratic, plutocratic, dan tyrannical
- Menurut Bell, dkk: formal leader, reputational leader, social leader, dan influential leader
- Menurut J.M. Burns, ada pemimpin legislatif yang : ideologues, tribunes, careerist, dan parliementarians.
- Menurut Kincheloe, Nabi atau Rasul juga termasuk pemimpin publik, yang memiliki kemampuan yang sangat menonjol yang membedakannya dengan pemimpin bukan Nabi atau Rasul, yaitu dalam hal membangkitkan keyakinan dan rasa hormat pengikutnya untuk dengan sangat antusias mengikuti ajaran yang dibawanya dan meneladani semua sikap dan perilakunya.
Tipe
pemimpin yang lain adalah pemimpin perempuan, yang oleh masyarakat dilekati 4
setereotip, yaitu sebagai: the earth mother, the manipulator, the workaholic,
dan the egalitarian.
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Kepribadian
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Kepribadian
Tipologi
kepemimpinan berdasar kepribadian dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu tipologi Myers – Briggs dan tipologi berdasar skala CPI
(California Personality Inventory). Myers – Briggs mengelompokkan tipe-tipe
kepribadian berdasar konsep psikoanalisa yang dikembangkan oleh Jung, yaitu:
extrovert – introvert, sensing – intuitive, thinking – feeling, judging –
perceiving. Tipe kepribadian ini kemudian dia teliti pada manajer Amerika
Serikat dan diperoleh tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:
- ISTJ: introvert – sensing – thinking – judging
- ESTJ: extrovert – sensing – thinking – judging
- ENTJ: extrovert – intuitive – thinking – judging
- INTJ:introvert - intuitive – thinking – judging
Kemudian dengan menggunakan tipe
kepribadian yang disusun berdasar konsep psikoanalisa Jung, Delunas melakukan
penelitian terhadap para manajer dan ekesekutif negara bagian, dan
mengelompokkan tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:
Tipologi
kepribadian yang lain adalah sebagaimana yang disusun dengan menggunakan skala
CPI (California Personality Invetory) yang mengelompokkan tipe pemimpin
menjadi: leader, innovator, saint, dan artist.
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Gaya Kepemimpinan
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Gaya Kepemimpinan
Ada
empat kelompok tipologi kepemimpinan yang disusun berdasar gaya kepemimpinan,
yaitu tipologi Blake – Mouton, tipologi Reddin, tipologi Bradford – Cohen, dan
tipologi Leavitt. Menurut Blake – Mouton tipe pemimpin dapat dibagi ke dalam
tipe:
- Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah, Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi,
- Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi, Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah,
- Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah, Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah,
- Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Moderat, Orientasi Tugasnya Moderat, dan
- Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi, Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi
Kemudian
Reddin melakukan pengembangan lanjut atas tipologi ini, dan menemukan tipe
pemimpin sebagai berikut: deserter, missionary, compromiser, bureaucrat,
benevolent autocrat, developer, dan executive. Sementara Bradford dan Cohen
membagi tipe pemimpin menjadi: technician, conductor, dan developer. Tipologi
kepemimpinan yang dikembangkan oleh Leavitt membagi tipe pemimpin menjadi:
pathfinders, problem solvers, dan implementers.
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Peran Fungsi dan
Perilaku
Tipologi
pemimpin berdasar fungsi, peran, dan perilaku pemimpin adalah tipologi pemimpn
yang disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam kelompok .
Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe
berdasar fungsi, berdasar peran, dan berdasar perilaku yang ditunjukkan oleh
pemimpin. Berdasar perilakunya, tipe pemimpin dikelompokkan dalam kelompok tipe
pemimpin yang dikemukakan oleh: Cattell dan Stice; S. Levine; Clarke; Komaki,
Zlotnik dan Jensen. Berdasar fungsinya, tipe pemimpin dapat dikelompokkan dalam
kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh: Bales dan Slater; Roby; Shutz;
Cattell; Bowes dan Seashore. Berdasar perannya, tipe pemimpin dapat
dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh : Benne dan
Sheats; dan Mintzberg.
PERAN-PERAN
PEMIMPIN
The Vision Role
Sebuah visi adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan
aspirasi atau arahan untuk masa depan organisasi. Dengan kata lain sebuah
pernyataan visi harus dapat menarik perhatian tetapi tidak menimbulkan salah
pemikiran.
Agar visi sesuai dengan tujuan organisasi di masa mendatang, para
pemimpin harus menyusun dan manafsirkan tujuan-tujuan bagi individu dan
unit-unit kerja.
Peran Pemimpin dalam Pengendalian dan Hubungan Organisasional
Peran Pemimpin dalam Pengendalian dan Hubungan Organisasional
a) mengelola harta milik atau aset organisasi;
b)
mengendalikan kualitas kepemimpinan dan kinerja organisasi
c) menumbuhkembangkan serta mengendalikan situasi maupun kondisi
kondusif yang berkenaan dengan keberadaan
hubungan dalam organisasi.Dan peran pengendalian serta pemelihara / pengendali
hubungan dalam organisasi merupakan pekerjaan kepemimpinan yang berat bagi
pemimpin. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan, seni dan keahlian untuk
melaksanakan kepemimpinan yang efektif. Ruang lingkup peran
pengendali organiasasi yang melekat pada pemimpin meliputi pengendalian pada
perumusan pendefinisian masalah dan pemecahannya, pengendalian pendelegasian
wewenang, pengendalian uraian kerja dan manajemen konflik.
Ruang lingkup peran hubungan yang melekat pada pemimpin meliputi peran
pemimpin dalam pembentukan dan pembinaan tim-tim kerja; pengelolaan tata
kepegawaian yang berguna untuk pencapaian tujuan organisasi; pembukaan,
pembinaan dan pengendalian hubungan eksternal dan internal organisasi serta
perwakilan bagi organisasinya.
Peran Pembangkit Semangat
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang
pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan
dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk
penghargaan dan insentif. Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk
uang, sementara insentif adalah pujian yang berbentuk uang atau benda yang
dapat kuantifikasi. Pemberian insentif hendaknya didasarkan pada aturan yang
sudah disepakati bersama dan transparan. Insentif akan efektif dalam
peningkatan semangat kerja jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan
tingkat kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan
tertinggi dalam organisasi , serta diberikan dalam suatu ‘event’ khusus.
Peran
membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa dilakukan
melalui kata-kata , baik langsung maupun tidak langsung, dalam kalimat-kalimat
yang sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk peningkatan atau
penambahan sarana kerja, penambahan staf yag berkualitas, perbaikan lingkungan
kerja, dan semacamnya.
Peran Menyampaikan Informasi
Peran Menyampaikan Informasi
Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi;
artinya walaupun produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut bagus,
tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus, maka perusahaan
itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal masyarakat dan
koordinasi kerja di dalamnya jelek. Penyampaian atau penyebaran informasi harus
dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada
komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang
disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal
maupun eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi
harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang
pemimpin juga harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal
organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya
organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang
memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin
juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada bawahannya
yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.
GAYA KEPEMIMPINAN
Mengenal Gaya Kepemimpin
Gaya
kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pimpinan dalam berinteraksi
dengan bawahannya. Pada umumnya, dikenal lima macam gaya kepemimpinan
(Nasution:2001), yaitu:
1. Kepemimpinan
Otokratis
Kepemimpinan
otokratis biasa disebut juga dengan kepemimpinan diktator atau direktif. Gaya kepemimpinan
seperti ini dalam mengambil keputusan, tidak melakukan konsultasi terlebih
dahulu dengan karyawan. Artinya, pemimpin langsung mengambil keputusan sesuai
dengan apa yang diinginkannya. Mereka menentukan apa yang harus dikerjakan oleh
karyawan dan mengharapkan karyawan mematuhinya. Karyawan dalam hal ini harus
menerima dan melaksanakan apa yang menjadi keputusan pimpinan.
Gaya
kepemimpinan seperti ini sering mendapat kritikan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu gaya kepemimpinan otokratis tidak akan efektif diterapkan dalam
jangka panjang.
2. Kepemimpinan
Demokratis
Kepemimpinan
demokratis ini dikenal juga dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau
konsensus. Pimpinan yang memakai gaya demokratis ini melibatkan karyawan dalam
mengambil keputusan, yang pada gilirannya nanti harus melaksanakan keputusan
tersebut. Karyawan diminta untuk memberikan ide-ide atau masukan tentang suatu
masalah, namun yang mengambil keputusan tetap pimpinan.
Kelemahan gaya
kepemimpinan ini adalah bahwa keputusan yang diambil tidak selalu merupakan
keputusan yang tepat. Bisa jadi keputusan yang diambil merupakan keputusan yang
disukai, walaupun dinilai kurang tepat.
3. Kepemimpinan
Partisipatif
Kepemimpinan
partisipatif dikenal juga dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas, atau
nondirective. Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, pimpinan hanya sedikit
memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Pimpinan hanya menyajikan
informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan pada karyawan
untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pimpinan mengarahkan tim
kepada tercapainya konsensus.
Asumsi yang
mendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa para karyawan akan lebih siap
menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan dan strategi dimana mereka
diberdayakan untuk mengembangkannya. Adapun kritikan terhadap gaya kepemimpinan
ini adalah pembentukan konsensus yang banyak membuang waktu dan hanya berjalan
bila semua orang yang terlibat memiliki komitmen terhadap kepentingan utama
organisasi.
4. Kepemimpinan
Berorientasi pada Tujuan
Gaya
kepemimpinan seperti ini disebut juga kepemimpinan berdasarkan hasil atau
sasaran. Pimpinan yang menganut gaya seperti ini meminta anggota tim untuk
memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang akan dicapai. Yang menjadi pokok
bahasan dalam pendekatan ini hanya strategi yang dapat menghasilkan kontribusi
nyata dan dapat diukur dalam mencapai tujuan organisasi. Adapun faktor
kepribadian, dan faktor lainnya yang tidak berhubungan dengan tujuan
organisasi, cenderung diabaikan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah memiliki
fokus yang terlampau sempit, dan seringkali berfokus pada perhatian yang
keliru.
5. Kepemimpinan
Situasional
Gaya
kepemimpinan ini dikenal pula sebagai kepemimpinan tak tetap atau kontigensi.
Asumsi dasarnya adalah bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan pun yang tepat
bagi setiap pimpinan. Gaya kepemimpinan situasional menerapkan suatu gaya
tertentu berdasarkan pertimbangan atas berbagai faktor seperti: pemimpin,
pengikut, dan situasi (struktur tugas, peta kekuasaan dan dinamika kelompok).
KEKUASAAN DAN KONFLIK DALAM KEPEMIMPINAN
Kekuasaan
Kekuasaan
dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin.
Kekuasaan seringkali dipergunakan silih berganti dengan istilah pengaruh dan
otoritas. Berbagai sumber dan jenis kekuasaan dari beberapa
teoritikus seperti French dan Raven, Amitai Etzioni, Kenneth W. Thomas, Organ
dan Bateman, dan Stepen P Robbins telah dikemukakan dalam kegiatan belajar ini.
Kekuasaan merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan kondisi
yang berubah dan tindakan-tindakan para pengikut. Berkaitan dengan hal ini
telah dikemukakan social exchange theory, trategic contingency theory dan
proses-proses politis sebagai usaha untuk mempertahankan, melindungi dan
me-ningkatkan kekuasaan.
Dalam
kaitan dengan kekuasaan, para pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu agar
efektif. Keberhasilan pemimpin sangat tergantung pada cara penggunaan
kekuasaan. Pemimpin yang efektif kemungkinan akan menggunakan kekuasaan dengan
cara yang halus, hati-hati, meminimalisasi perbedaan status dan menghindari
ancaman- ancaman terhadap rasa harga diri para pengikut.
Pengaruh
Pengaruh
sebagai inti dari kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah
sikap, perilaku orang atau kelompok dengan cara-cara yang spesifik. Seorang
pemimpin yang efektif tidak hanya cukup memiliki kekuasaan, tetapi perlu pula
mengkaji proses-proses mempengaruhi yang timbal balik yang terjadi antara
pemimpin dengan yang dipimpin.
Para
teoretikus telah mengidentifikasi berbagai taktik mempengaruhi yang
berbeda-beda seperti persuasi rasional, permintaan berinspirasi, pertukaran,
tekanan, permintaan pribadi, menjilat, konsultasi, koalisi, dan taktik
mengesahkan. Pilihan taktik mempengaruhi yang akan digunakan oleh seorang
pemimpin dalam usaha mempengaruhi para pengikutnya tergantung pada beberapa
aspek situasi tertentu. Pada umumnya, para pemimpin lebih sering menggunakan
taktik-taktik mempengaruhi yang secara sosial dapat diterima, feasible,
memungkinkan akan efektif untuk suatu sasaran tertentu, memungkinkan tidak
membutuhkan banyak waktu, usaha atau biaya.
Efektivitas
masing-masing taktik mempengaruhi dalam usaha untuk memperoleh komitmen dari
para pengikut antara lain tergantung pada keterampilan pemimpin, jenis
permintaan serta position dan personal power pemimpin tersebut.
Konflik
dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana sebuah usaha dibuat dengan
sengaja oleh seseorang atau suatu unit untuk menghalangi pihak lain yang
menghasilkan kegagalan pencapaian tujuan pihak lain atau meneruskan
kepentingannya.
Ada
beberapa pandangan tentang konflik yaitu pandangan tradisional, netral dan
interaksionis. Pandangan tradisional mengatakan bahwa konflik itu negatif,
pandangan netral menganggap bahwa konflik adalah ciri hakiki tingkah laku
manusia yang dinamis, sedangkan interaksionis mendorong terjadinya konflik.
Untuk mengurangi, memecahkan dan menstimulasi konflik ada beberapa
pendekatan atau strategi yang dapat ditempuh sebagaimana disarankan oleh
beberapa teoretikus.
Kepemimpinan Perempuan
Perubahan lingkungan dan pergeseran budaya telah mempengaruhi dinamika
kepemimpinan perempuan. Pada umumnya pemimpin perempuan cenderung diberikan
porsi pada organisasi perempuan dan sosial. Namun dengan adanya globalisasi
telah merubah paradigma kepemimpinan ke arah pertimbangan core competence yang
dapat berdaya saing di pasar global Oleh sebab itu banyak organisasi berkaliber
dunia yang memberikan kesempatan bagi perempuan yang mampu dan memenuhi
persyaratan kepemimpinan sesuai situasi dan kondisi sekarang ini.
Hambatan
bagi kepemimpinan perempuan lebih banyak akibat adanya stereotipe negatif
tentang kepemimpinan perempuan serta dari mental (perempuan) yang bersangkutan.
Stereotipe-stereotipe tersebut muncul sebagai akibat dari pemikiran individu
dan kolektif yang berasal dari latar belakang sosial budaya dan karakteristik
pemahaman masyarakat terhadap gender serta tingkat pembangunan suatu negara
atau wilayah.
Dari
hasil temuan, ternyata tidak ditemukan adanya perbedaan antara gaya
kepemimpinan perempuan dengan laki-laki, walaupun ada sedikit perbedaan potensi
kepemimpinan perempuan dan laki-laki, di mana keunggulan dan kelemahan potensi
kepemimpinan perempuan dan laki-laki merupakan hal yang saling mengisi. Begitu
juga dengan karakteristik kepemimpinan perempuan dan laki-laki dapat
disinergikan menjadi kekuatan yang harmonis bagi organisasi yang bersangkutan.
Untuk menduduki posisi kepemimpinan dalan organisasi di era global,
perempuan perlu meningkatkan ESQ dan memperkaya karakteristik kepemimpinannya dengan
komponen-komponen, antara lain pembangunan mental, ketangguhan pribadi dan
ketangguhan sosial serta menutupi agresivitasnya menjadi ketegasan sikap,
inisiatif, dan percaya diri akan kompetensinya.
Kepemimpinan dalam Beragam Budaya dan Negara
Pada kegiatan belajar ini telah Anda lihat bahwa terdapat perbedaan
mendasar dari sikap dan perilaku pemimpin pada berbagai Negara atau budaya.
Namun demikian, terdapat dimensi kepemimpinan yang secara universal relatif
sama yaitu setiap pemimpin diharapkan mampu proaktif dan tidak otoriter. Di
samping itu, terdapat pula beberapa variasi sikap dan perilaku pemimpin di
dalam kelompok budaya dan di dalam Negara pada berbagai budaya atau Negara.
Demikian pula terdapat perbedaan sikap dan perilaku pemimpin pada Negara-
Negara yang menganut system nilai berbeda.
Kepemimpinan Visioner
- menyusun arah dan secara personal sepakat untuk menyebarkan kepemimpinan visioner ke seluruh organisasi.
- memberdayakan para karyawan dalam bertindak untuk mendengar dan mengawasi umpan balik.
- selalu memfokuskan perhatian dalam membentuk organisasi mencapai potensi terbesarnya.
Kepemimpinan Ahli
Pada
era globalisasi, banyak terjadi perubahan dalam segala sendi kehidupan
masyarakat, terutama yang berhubungan dengan bidang ekonomi perdagangan,
industri, telekomunikasi dan informasi. Dalam masa post modernism yang sekarang
sedang kita jalani, perubahan paradigma manajemen turut bergerak secara
dinamis, dari paradigma manajemen klasik hingga paradigma post modernism yang
salah satunya diwakili oleh learning organization dengan pengukuran kinerja
balanced score card yang memperhitungkan pula keterkaitan dengan lingkungan
luar organisasi.
Secara
historis, paradigma kepemimpinan tersebut terbagi dalam beberapa lokus dan
fokus keilmuan, yang diwakili dalam kelompok paradigma aliran wilayah utara,
barat, timur dan global baru. Hal tersebut, dipaparkan dalam beberapa kategori,
antara lain dalam kategori manajer individual, yang terbagi menjadi manajemen
efektif (Drucker), manajemen perusahaan (Peters), manajemen kualitas total
(Toyota), keahlian diri pada bidang tertentu (self- mastery); kategori kelompok
sosial terbagi menjadi kerjasama tim yang efektif (Likert), pembagian nilai
(Deal/Kennedy), siklus atau lingkaran kualitas (Sony), sinergi sosial; kategori
organisasi secara keseluruhan yang terbagi menjadi organisasi yang hirarkis
(Chandler), organisasi jaringan (Handy) organisasi ramping (Honda), organisasi
yang belajar (learning organization), kategori ekonomi dan masyarakat yang
terbagi menjadi tanggungjawab badan hukum (Chandler), perusahaan swasta yang
mandiri atau bebas (Gilder), modal atau investasi sumber daya manusia (Ozaka)
dan pembangunan yang berkelanjutan.
Globalisasi
juga telah mempengaruhi terjadinya perubahan paradigma dalam praktik manajemen
khususnya kepemimpinan. Secara garis besar, perbedaaan antara paradigma lama
dan baru dilihat dari aspek-aspek antara lain berikut ini:
- dari aspek tanggung jawab organisasi: paradigma lama menitikberatkan pada pertanggungjawaban organisasi tentang lingkungan akibat dari proses input-proses-output organisasi sedangkan pada paradigma baru menekankan tanggungjawab pada pembangunan yang berkelanjutan.
- dari aspek tim manajemen: paradigma lama menekankan struktur dan fungsi interaksi kelompok untuk mencapai sinergi sosial dalam mengelola organisasi masing-masing, sedangkan paradigma baru menitikberatkan pada struktur dan proses dengan pendekatan learning organization.
- dari aspek kepemimpinan manajemen: paradigma lama menitikberatkan pada kapasitas individual manajer dalam memimpin, sedangkan paradigma baru menekankan keunggulan diri manajer (self-mastery) dalam memimpin.
Kesemua perjalananan dan dinamika faktor-faktor organisasi tersebut
baik eksternal maupun internal, telah membawa perubahan paradigma kepemimpinan
yang dinamis dan fleksibel. Perubahan tersebut banyak menyangkut pada
pembentukan mental pribadi manajer dan pembentukan visi manajer serta
organisasi.
Kepemimpinan, Organisasi dan Perubahan Lingkungan
Ada tiga jenis perubahan yaitu perubahan rutin, perubahan pengembangan,
dan inovasi. Mengelola perubahan adalah hal yang sulit. Ukuran kapasitas
kepemimpinan seseorang salah satu diantaranya adalah kemampuannya dalam
mengelola perubahan. Kemampuan ini penting sebab pada masa kini pemimpin, akan
selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan, sehingga pemimpin dituntut untuk
mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Pemimpin yang kuat bahkan mampu
mempelopori perubahan lingkungan. Ada empat tahap yang harus dilakukan agar
pemimpin dapat mengelola perubahan lingkungan. Tahap-tahap tersebut adalah
pertama, mengidentifikasi perubahan; Kedua, Menilai posisi organisasi; Ketiga,
Merencanakan dan melaksanakan perubahan; dan Keempat, Melakukan evaluasi. Untuk
memperoleh hasil yang diharapkan maka keempat langkah tersebut perlu dilakukan
secara berurutan dan berkesinambungan.
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Tugas
utama seorang pemimpin adalah mengajak orang untuk menyumbangkan bakatnya
secara senang hati dan bersemangat untuk kepentingan organisasi. Dengan
demikian pemimpin atau manajer harus mengarahkan perilaku para anggota
organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai. Para pemimpin perlu
membentuk, mengelola, meningkatkan, dan mengubah budaya kerja organisasi. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, manajer perlu menggunakan kemampuannya dalam
membaca kondisi lingkungan organisasi, menetapkan strategi organisasi, memilih
teknologi yang tepat, menetapkan struktur organisasi yang sesuai, sistem
imbalan dan hukuman, sistem pengelolaan sumberdaya manusia, sistem dan prosedur
kerja, dan komunikasi serta motivasi.
Salah satu cara mengembangkan budaya adalah dengan menetapkan visi yang
jelas dan langkah yang strategis, mengembangkan alat ukur kinerja yang jelas,
menindaklanjuti tujuan yang telah dicapai, menetapkan sistem imbalan yang adil,
menciptakan iklim kerja yang lebih terbuka dan transparan, mengurangi permainan
politik dalam organisasi, dan mengembangkan semangat kerja tim melalui
pengembangan nilai-nilai inti.
Kepemimpinan dan Inovasi
Kepemimpinan dan Inovasi
Inovasi
berbeda dengan kreativitas. Kreativitas lebih berfokus pada penciptaan ide
sedangkan inovasi berfokus pada bagaimana mewujudkan ide. Karena inovasi adalah
proses mewujudkan ide, maka diperlukan dukungan dari faktor-faktor
organisasional dan leaderships.
Dalam
membahas inovasi paling tidak ada duabelas tema umum yang berkaitan dengan
pembahasan tentang inovasi yaitu kreativitas dan inovasi, karakteristik umum
orang-orang kreatif, belajar atau bakat, motivasi, hambatan untuk kreatif dan
budaya organisasi, struktur organisasi, struktur kelompok, peranan pengetahuan,
kreativitas radikal atau inkrimental, struktur dan tujuan,proses, dan
penilaian. Kemampuan organisasi dalam mengelola keduabelas tema tersebut akan
menentukan keberhasilannya dalam melakukan inovasi.
Inovasi
berkaitan erat dengan proses penciptaan pengetahuan. Proses penciptaan
pengetahuan dilakukan dengan melakukan observasi atas kejadian, mengolahnya
menjadi data, lalu data dijadikan informasi, dan informasi diberikan konteks
sehingga menjadi pengetahuan. Pengetahuan inilah yang oleh pemimpin dijadikan
arah atau bekal untuk melakukan inovasi. Organisasi yang mampu secara terus
menerus melakukan penciptaan pengetahuan disebut sebagai learning organization.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar