Kamis, 20 Desember 2012

Makalah Kepemimpinan



Definisi Kepemimpinan Menurut Para Ahli

v  Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
v  Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
v  Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).


Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
 
 MODAL DASAR YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG PEMIMPIN
1.  Kekuasaan / Wewenang / Power.
     Kekuasaan berasal dari :
     a. Pengangkatan
     b. Keahlian, berasal dari pengetahuan dan pengalaman
     c. Kewibawaan, berasal dari :
         1.Sikap
         2.Adil
         3.Jujur
         4.Disiplin – taat terhadap suatu aturan / sistem yang berlaku
         5.Bijaksana
2. Penguasaan Pengetahuan sesuai dengan bidangnya.
3. Berpikir strategis atau berpikir antisipatif.
4. Kemampuan membangun hubungan ( komunikasi )
Komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi berhasil baik, jika timbul saling pengertian, yakni jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi, dapat memahaminya.
Kewajiban atasan terhadap bawahan adalah kontrol, sedang kewajiban bawahan terhadap atasan adalah melaporkan.
Komunikasi yang kurang baik / tidak ada komunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman, ketidak harmonisan, kekesalan dan dapat menjadi faktor utama pembawa keruntuhan dalam hubungan manusia serta efisiensi.
Kesalahan dalam komunikasi :
Berkomunikasi dengan orang yang keliru.
Berkomunikasi tidak pada saat yang tepat, baik terlalu dini atau sudah terlambat.
Berkomunikasi dengan metode yang salah :
a)Gaya bahasa.
b)Sikap.
c)Salah memilih kata-kata / bahasa.
d)Opini / pendapat yang disimpulkan sebagai fakta.
e)Menganggap orang lain sudah paham apa yang kita bicarakan.

     Hambatan dalam komunikasi :
Hambatan semantic / perseptual / persepsi
Karena menggunakan kata-kata yang tidak jelas atau tidak dimengerti artinya.
Hambatan pisik
Akibat adanya gangguan suara, jarak, volume, aksen, blockade dll.A
Psikologis
Timbulnya emosi baik dari dalam diri komunikator maupun penerima, dapat mempengaruhi baik kesediaan maupun kemampuan berkomunikasi.
Komunikasi yang baik :
Tentukan tujuan komunikasi, kenapa harus melakukan ini, jelaskan latar belakangnya.
Cobalah tempatkan diri anda pada posisi penerima.
Cek apakah maksud anda sudah bisa diterima atau belum.
Dorong / beri semangat agar orang lain lebih komunikatif.
5. Kemapuan untuk membangun team
Kemampuan harus selalu berpikir dalam kerangka tim, bukan tujuan untuk menonjolkan diri, jika harus menonjol maka yang menonjol dalah tim bukan orang per – orang, terlebih-lebih pimpinanya.
Untuk dapat membangun tim seorang pimpinan harus memiliki :
Keterarahan
Seorang pemimpin harus dapat menetukan arah tujuan dari setiap organisasi yang dipimpinnya.
Memotivasi
Pendekatan pemimpin kepada anggotanya baik sikap, tutur kata, harus mampu mengobarkan semangat atau memberikan motivasi bawahannya.
Penerimaan / dapat diterima oleh bawahannya :
Anda baru benar – benar menjadi pemimpin saat penunjukan anda diterima dengan baik dalam hati dan pikiran bawahan.
Beberapa kiat supaya anda diterima oleh bawahan sebagai berikut :
Tunjukan kualita bahwa anda mampu.
Peliharalah kepribadian yang hangat.
Penuh ketenangan ( berpikirlah rasional bukan dengan emosi ).
Tegas dan adil untuk semua bawahan, hindarilah pengangkatan “ anak emas “.
Pegang 4 teguh prinsip dalam memimpin : memimpin tanpa mengepalai; membimbing tanpa menekan; menegur tanpa menyakiti hati; menjaga harga diri bawahan.

Mengapa team gagal ?
1.Tidak ada kesamaan tujuan.
2.Tidak ada kesamaan persepsi.
3.Tidak ada komitmen.
4.Tidak ada koordinasi.
5.Tidak ada komunikasi dua arah.
6.Tidak ada disiplin
7.Mementingkan diri sendiri.
8.Emosional.
9.Saling curiga.
10.Pemimpin tidak mampu memimpin.
Cara memperbaiki team :
1.Memastikan tujuan yang jelas.
2.Memberikan komitmen pad tujuan tersebut.
3.Menyepakati cara tujuan.
4.Terbuka pada gagasan baru.
5.Komunikasi dua rah & memperhatikan pendapat anggota.
6.Setiap konflik harus bisa diatasi bersama.
7.Menyesuaikna diri setiap perubahan.
Manfaat sebuah team dalam perusahaan :
1.Produktifiatas meningkat.
2.Keyakinan & kepercayaan bertambah.
3.Suasana harmonis.
4.Keputusan lebih akurat dan cepat.
5.Beban dapat ditanggung bersama.
6.Team kerja semakin kokoh.
7.Meningkatkan performance perusahaan.




6. Keteladanan seorang pemimpin harus bisa menjadi contoh
Didalam konsep filosopi jawa dikenal konsep.
a.Ing Ngarsa Sung Tulado
Bila sang pemimpin berada didepan, dapat memberikan teladan / contoh kepada bawahannya.
b.
Ing Madyo Mangun Karso
Bila berada ditengah – tengah anggotany, mampu membarikan semangat, aktifitas maupun
       kreatifitas anggotanya.
c.
Tut Wuri Handayani
Bila berada dibelakang mampu memnerikan dorongan / perhatian penuh yang didasari maksud
  pembinaan dan jauh dari sifat memaksakan kehendak.

PEMIMPIN YANG SUKSES
        Sukses berarti berhasil, dengan demikian pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang memiliki hasil guna dan daya guna yang tinggi bagi organisasinya, dan dengan demikian mampu menyelesaikan misi yang diembannya bersama bawahan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Filosof Cina “ Lau Tzu “ yang hidup di abad ke VI masehi, menyatakan sebagai berikut :
Seorang pemimpin dalam tingkatannya yang paling jelek adalah saat yang dipimpin ingin mencampakannya.
Dalam tingkatan sedikit lebih baik, adalah ketika orang-orang yang dipimpin taat dan mengelu-elukannya.
Dalam tingkatannya yang paling baik, adalah ketika orang-orang yang dipimpin nyaris / hamper tidak tahu kalau dia ada.
Indikasi Pemimpin yang baik adalah :
Sistem prosedur kerja yang sudah berjalan dengan baik, sehingga anak buahnya tidak perlu diberikan intruksi terus menerus.
Sikap kerja yang positif, matang, dan mandiri.
Pola kerja lebih bersifat antisipatif, daripada menyelesaikan persoalan demi persoalan ( kasus demi kasus ).


SIFAT – SIFAT SEORANG PEMIMPIN

Dengan mengamati beberapa pemimpin besar yang sangat menonjol, kita dapat mengumpulkan sifat – sifat yang dimilik yang dapat dijadikan acuan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik sebagai berikut :
1)
Mempunyai keinginan yang kuat untuk melebihi orang lain
Seorang pemimpin tidak mau menjadi orang nomor dua. Ia ingin mengatasi dan mengungguli sesamanya. Ia penuh inisiatif dan sanggup bekerja keras dan ulet dalam mencapai tujuan.
2)
Mempunyai tanggung jawab besar
Seorang pemimpin tidak pernah merasa takut memikul tanggung jawab. Bila bawahan melakukan kesalahan, ia mau membantu memikul tanggung jawab ( bertanggung tanggap ).
3)
Mau bekerja keras
Seorang pemimpin selalu sanggup bekerja keras dan tak kenal lelah. Ia mempunyai daya tahan yang kuat untuk bekerja keras dalam waktu lama.
4)
Pandai bergaul
Seorang pemimpin selalu pandai bergaul. Ia berusaha mengenal baik temannya dan memahami segala persoalannya. Ia mampu bekerja sama dengan orang lain.
5)
Memberi contoh bekerja semangat
Seorang pemimpin selalu menjadi pelopor dan memberi contoh bekerja keras dan bersemangat, sehinnga bawahannya ikut bersemangat semua.
6)
Memiliki rasa integritas, yakni bersatu pada kelompok yang dipimpinnya.


Selain Sifat positif yang perlu dimiliki, perlu juga sifat – sifat negatif yang harus dijauhi oleh pemimpin yaitu :
a) Menyalahkan orang lain
Jika ada pekerja yang tidak beres, sedangkan sebenarnya Anda yang harus bertanggung jawab, janganlah menyalahkan orang lain. Anda harus berani menaggung kesalahan, jangan hanya meminta dipuji saja.
b) Mementingkan diri sendiri
Pemimpin yang hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak akan memndapat dukungan dari bawahannya. Perhatikanlah kepentingan klompok, jangan kepentingan diri sendiri. Ajaklah mereka berpartisipasi.
c)Menyuruh orang lain melakukan sesuatu sedangkan ia ( pemimpin ) sendiri tidak mau melakukannya.
d) Bersikap dingin terhadap bawahan
Janganlah memandang rendah bawahan. Sikap semacam ini menjauhkan Anda dari mereka dan mengurangi semangat mereka.

e) Bersikap lamban
Tidak berbuat sesuatu pada waktu sangat diperlukan untuk bertindak segera.

f) Menganggap dirinya sebagai orang besar dan meremehkan bawahannya.

g) Tidak Jujur

h) Terlalu cepat mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan faktanya.



TIPE PEMIMPIN
Diktator
Ia memegang kekuasaan mutlak, tidak terbatas dan meggunakannya sekehendak hatinya. Cara memimpinnya negatif, dan selalu menakut-nakuti bawahannya dengan berbagai macam ancaman menurunkan pangkat, gaji, dan memecat. Dengan cara ini ia memang dapat mencapai sasarannya, tetapi diragukan apakah kualitas dan kuantitas hasilnya dapat dipertahankan terus.
Tipe kepemimpinan diktator sering menimbulkan suasana kerja yang tidak menyenangkan, gelisah, tidak tentram, tidak puas, dan akhirnya menyebabkan pemogokan dan keluarnya karyawan ke perusahaan lain. Tipe kepemimpinan diktator pada umumnya tidak dapat berlangsung lama.
Otoriter
Pemimpin otoriter ingin berkuasa sendiri dan tidak mau melimpahkan kekuasaannya sedikitpun kepada bawahannya.
Bawahannya tidak bersuara sama sekali, mereka harus patuh, taat dan menuruti segala perintahnya. Untuk itu pemimpin otoriter selalu melakukan pengawasannya yang ketat. Ia tidak memberikan informasi kepada bawahannya dan ia membuat mereka tergantung kepada keputusannya.
Cara-cara kepemimpinan otoriter dapat disamakan dengan pemimpin diktator. Cara kepemimpinan diktator atau otoriter dapat di lakukan hanya dalam hal-hal tertentu saja, misalnya :
Dalam menghadapi karyawan baru, yang belum mengetahui betul tugasnya dan belum biasa dengan metode kerja yang harus dipakainya.
Dalam keadaan darurat dan mendesak, yang memerlukan tindakan segera.
Dalam hal anda memberi perintah kepada bawahan yang sukar dan keras kepala yang tidak mau mendengar perintah.
Dalam hal kekuasaan anda terancam. Berikan perintah tegas.
Demokratis
Pemimpin yang demokratis selalu meminta bantuan dan saran dari bawahannya, selalu mengajak mereka bersama-sama memecahkan persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Pada umumnya tipe pemimpin yang demokratis dapat berhasil memimpin kelompok secara efektif. Kelompok akan tetap bekerja baik, walaupun anda tidak mengawasinya, misalnya sewaktu anda sedang cuti maupun sakit.Pemimpin yang demokratis dengan suka rela mendelegasikan wewenang kepada bawahannya. Ia selalu berusaha menciptakan suasana kerja yang baik, memupuk sengat kerja dan saling menghormati.
TEORI KEPEMIMPINAN KLASIK DAN TEORI KONTINGENSI
Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory)
Studi-studi mengenai sifat-sifat/ciri-ciri mula-mula mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang sifat/ciri telah dilakukan, namun sifat /ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian mengenai sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat/ciri itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku atau bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri dan kemampuan bagi keberhasilan seorang pemimpin.   
Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory)
Selama tiga dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih banyak bawahan yang puas.
Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.

Teori Kontingensi (Contigensy Theory)
Teori-teori kontingensi berasumsi bahwa berbagai pola perilaku pemimpin (atau ciri) dibutuhkan dalam berbagai situasi bagi efektivitas kepemimpinan. Teori Path-Goal tentang kepemimpinan meneliti bagaimana empat aspek perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan serta motivasi pengikut. Pada umumnya pemimpin memotivasi para pengikut dengan mempengaruhi persepsi mereka tentang konsekuensi yang mungkin dari berbagai upaya. Bila para pengikut percaya bahwa hasil-hasil dapat diperoleh dengan usaha yang serius dan bahwa usaha yang demikian akan berhasil, maka kemungkinan akan melakukan usaha tersebut. Aspek-aspek situasi seperti sifat tugas, lingkungan kerja dan karakteristik pengikut menentukan tingkat keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha para pengikut.
LPC Contingency Model dari Fiedler berhubungan dengan pengaruh yang melunakkan dari tiga variabel situasional pada hubungan antara suatu ciri pemimpin (LPC) dan kinerja pengikut. Menurut model ini, para pemimpin yang berskor LPC tinggi adalah lebih efektif untuk situasi-situasi yang secara moderat menguntungkan, sedangkan para pemimpin dengan skor LPC rendah akan lebih menguntungkan baik pada situasi yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Leader Member Exchange Theory menjelaskan bagaimana para pemimpin mengembangkan hubungan pertukaran dalam situasi yang berbeda dengan berbagai pengikut. Hersey and Blanchard Situasional Theory lebih memusatkan perhatiannya pada para pengikut. Teori ini menekankan pada perilaku pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dan hubungan pemimpin pengikut.
Leader Participation Model menggambarkan bagaimana perilaku pemimpin dalam proses pengambilan keputusan dikaitkan dengan variabel situasi. Model ini menganalisis berbagai jenis situasi yang mungkin dihadapi seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Penekanannya pada perilaku kepemimpinan seseorang yang bersifat fleksibel sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.




TEORI KEPEMIMPINAN KONTEMPORER
Teori Atribut Kepemimpinan
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu-individu lain yang menjadi bawahannya.
Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh banyak orang yaitu:
  1. Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya.
  2. Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious Attentional Resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan).
  3. Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu teori yang berfokus pada akal sehat.
Kepemimpinan Kharismatik
Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut.
Berbagai teori tentang kepemimpinan karismatik telah dibahas dalam kegiatan belajar ini. Teori kepemimpinan karismatik dari House menekankan kepada identifikasi pribadi, pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan rasa percaya diri para pengikut. Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses sekunder. Teori konsep diri sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu, teori penularan sosial menjelaskan bahwa perilaku para pengikut dipengaruhi oleh pemimpin tersebut mungkin melalui identifikasi pribadi dan para pengikut lainnya dipengaruhi melalui proses penularan sosial. Pada sisi lain, penjelasan psikoanalitis tentang karisma memberikan kejelasan kepada kita bahwa pengaruh dari pemimpin berasal dari identifikasi pribadi dengan pemimpin tersebut.
Karisma merupakan sebuah fenomena. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin karismatik untuk merutinisasi karisma walaupun sukar untuk dilaksanakan. Kepemimpinan karismatik memiliki dampak positif maupun negatif terhadap para pengikut dan organisasi.

Kepemimpinan Trnasformasional
Pemimpin pentransformasi (transforming leaders) mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi.
Burns dan Bass telah menjelaskan kepemimpinan transformasional dalam organisasi dan membedakan kepemimpinan transformasional, karismatik dan transaksional. Pemimpin transformasional membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah para pengikut merasa adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan darinya. Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan karisma, kepemimpinan inspirasional, perhatian yang diindividualisasi serta stimulasi intelektual.
Hasil penelitian Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna telah memberikan suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional mengubah budaya dan strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para pemimpin transformasional memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah komitmen terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut, dan menanamkan nilai-nilai baru.






TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Tipologi Kepemimpinan Berdasarkan Kondisi Sosio Psikologis
Kondisi sosio-psikologis adalah semua kondisi eksternal dan internal yang ada pada saat pemunculan seorang pemimpin. Dari sisi kondisi sosio-psikologis pemimpin dapat dikelompokkan menjadi pemimpin kelompok (leaders of crowds), pemimpin siswa/mahasiswa (student leaders), pemimpin publik (public leaders), dan pemimpin perempuan (women leaders). Masing-masing tipe pemimpin tersebut masih bisa dibuat sub-tipenya. Sub-tipe pemimpin kelompok adalah: crowd compeller, crowd exponent, dan crowd representative.
Sub-tipe pemimpin siswa/mahasiswa adalah: the explorer president, the take charge president, the organization president, dan the moderators. Sub-tipe pemimpin publik ada beberapa, yaitu:
  • Menurut Pluto: timocratic, plutocratic, dan tyrannical
  • Menurut Bell, dkk: formal leader, reputational leader, social leader, dan influential leader
  • Menurut J.M. Burns, ada pemimpin legislatif yang : ideologues, tribunes, careerist, dan parliementarians.
  • Menurut Kincheloe, Nabi atau Rasul juga termasuk pemimpin publik, yang memiliki kemampuan yang sangat menonjol yang membedakannya dengan pemimpin bukan Nabi atau Rasul, yaitu dalam hal membangkitkan keyakinan dan rasa hormat pengikutnya untuk dengan sangat antusias mengikuti ajaran yang dibawanya dan meneladani semua sikap dan perilakunya.
Tipe pemimpin yang lain adalah pemimpin perempuan, yang oleh masyarakat dilekati 4 setereotip, yaitu sebagai: the earth mother, the manipulator, the workaholic, dan the egalitarian.
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Kepribadian
Tipologi kepemimpinan berdasar kepribadian dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu tipologi Myers – Briggs dan tipologi berdasar skala CPI (California Personality Inventory). Myers – Briggs mengelompokkan tipe-tipe kepribadian berdasar konsep psikoanalisa yang dikembangkan oleh Jung, yaitu: extrovert – introvert, sensing – intuitive, thinking – feeling, judging – perceiving. Tipe kepribadian ini kemudian dia teliti pada manajer Amerika Serikat dan diperoleh tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:
  • ISTJ: introvert – sensing – thinking – judging
  • ESTJ: extrovert – sensing – thinking – judging
  • ENTJ: extrovert – intuitive – thinking – judging
  • INTJ:introvert - intuitive – thinking – judging
Kemudian dengan menggunakan tipe kepribadian yang disusun berdasar konsep psikoanalisa Jung, Delunas melakukan penelitian terhadap para manajer dan ekesekutif negara bagian, dan mengelompokkan tipe pemimpin berdasar kepribadian sebagai berikut:
  • Sensors – perceivers
  • Sensors – judgers
  • Intuitive – thinkers
  • Intuitive - feelers
Tipologi kepribadian yang lain adalah sebagaimana yang disusun dengan menggunakan skala CPI (California Personality Invetory) yang mengelompokkan tipe pemimpin menjadi: leader, innovator, saint, dan artist.
Tipologi Kepemimpinan Berdasar Gaya Kepemimpinan
Ada empat kelompok tipologi kepemimpinan yang disusun berdasar gaya kepemimpinan, yaitu tipologi Blake – Mouton, tipologi Reddin, tipologi Bradford – Cohen, dan tipologi Leavitt. Menurut Blake – Mouton tipe pemimpin dapat dibagi ke dalam tipe:
  • Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah, Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi,
  • Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi, Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah,
  • Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Rendah, Orientasi Tugasnya Ekstrim Rendah,
  • Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Moderat, Orientasi Tugasnya Moderat, dan
  • Pemimpin yang Orientasi Hubungannya Ekstrim Tinggi, Orientasi Tugasnya Ekstrim Tinggi
Kemudian Reddin melakukan pengembangan lanjut atas tipologi ini, dan menemukan tipe pemimpin sebagai berikut: deserter, missionary, compromiser, bureaucrat, benevolent autocrat, developer, dan executive. Sementara Bradford dan Cohen membagi tipe pemimpin menjadi: technician, conductor, dan developer. Tipologi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Leavitt membagi tipe pemimpin menjadi: pathfinders, problem solvers, dan implementers.

Tipologi Kepemimpinan Berdasar Peran Fungsi dan Perilaku
Tipologi pemimpin berdasar fungsi, peran, dan perilaku pemimpin adalah tipologi pemimpn yang disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam kelompok . Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe berdasar fungsi, berdasar peran, dan berdasar perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin. Berdasar perilakunya, tipe pemimpin dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh: Cattell dan Stice; S. Levine; Clarke; Komaki, Zlotnik dan Jensen. Berdasar fungsinya, tipe pemimpin dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh: Bales dan Slater; Roby; Shutz; Cattell; Bowes dan Seashore. Berdasar perannya, tipe pemimpin dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe pemimpin yang dikemukakan oleh : Benne dan Sheats; dan Mintzberg.
PERAN-PERAN PEMIMPIN
The Vision Role
Sebuah visi adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau arahan untuk masa depan organisasi. Dengan kata lain sebuah pernyataan visi harus dapat menarik perhatian tetapi tidak menimbulkan salah pemikiran.
Agar visi sesuai dengan tujuan organisasi di masa mendatang, para pemimpin harus menyusun dan manafsirkan tujuan-tujuan bagi individu dan unit-unit kerja.
Peran Pemimpin dalam Pengendalian dan Hubungan Organisasional
Tindakan manajemen para pemimpin organisasi dalam mengendalikan organisasi meliputi:
 a) mengelola harta milik atau aset organisasi;
 b) mengendalikan kualitas kepemimpinan dan kinerja organisasi
 c) menumbuhkembangkan serta mengendalikan situasi maupun kondisi kondusif yang berkenaan   dengan keberadaan hubungan dalam organisasi.Dan peran pengendalian serta pemelihara / pengendali hubungan dalam organisasi merupakan pekerjaan kepemimpinan yang berat bagi pemimpin. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan, seni dan keahlian untuk melaksanakan kepemimpinan yang efektif. Ruang lingkup peran pengendali organiasasi yang melekat pada pemimpin meliputi pengendalian pada perumusan pendefinisian masalah dan pemecahannya, pengendalian pendelegasian wewenang, pengendalian uraian kerja dan manajemen konflik.
Ruang lingkup peran hubungan yang melekat pada pemimpin meliputi peran pemimpin dalam pembentukan dan pembinaan tim-tim kerja; pengelolaan tata kepegawaian yang berguna untuk pencapaian tujuan organisasi; pembukaan, pembinaan dan pengendalian hubungan eksternal dan internal organisasi serta perwakilan bagi organisasinya.
Peran Pembangkit Semangat
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk uang, sementara insentif adalah pujian yang berbentuk uang atau benda yang dapat kuantifikasi. Pemberian insentif hendaknya didasarkan pada aturan yang sudah disepakati bersama dan transparan. Insentif akan efektif dalam peningkatan semangat kerja jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan tingkat kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan tertinggi dalam organisasi , serta diberikan dalam suatu ‘event’ khusus.
Peran membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa dilakukan melalui kata-kata , baik langsung maupun tidak langsung, dalam kalimat-kalimat yang sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk peningkatan atau penambahan sarana kerja, penambahan staf yag berkualitas, perbaikan lingkungan kerja, dan semacamnya.
Peran Menyampaikan Informasi
Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi; artinya walaupun produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut bagus, tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus, maka perusahaan itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal masyarakat dan koordinasi kerja di dalamnya jelek. Penyampaian atau penyebaran informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus secara terus-menerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang pemimpin juga harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya.

GAYA KEPEMIMPINAN
 Mengenal Gaya Kepemimpin
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pimpinan dalam berinteraksi dengan bawahannya. Pada umumnya, dikenal lima macam gaya kepemimpinan (Nasution:2001), yaitu:
1. Kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan otokratis biasa disebut juga dengan kepemimpinan diktator atau direktif. Gaya kepemimpinan seperti ini dalam mengambil keputusan, tidak melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan karyawan. Artinya, pemimpin langsung mengambil keputusan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Mereka menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan dan mengharapkan karyawan mematuhinya. Karyawan dalam hal ini harus menerima dan melaksanakan apa yang menjadi keputusan pimpinan.
Gaya kepemimpinan seperti ini sering mendapat kritikan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu gaya kepemimpinan otokratis tidak akan efektif diterapkan dalam jangka panjang.

2. Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis ini dikenal juga dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau konsensus. Pimpinan yang memakai gaya demokratis ini melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan, yang pada gilirannya nanti harus melaksanakan keputusan tersebut. Karyawan diminta untuk memberikan ide-ide atau masukan tentang suatu masalah, namun yang mengambil keputusan tetap pimpinan.
Kelemahan gaya kepemimpinan ini adalah bahwa keputusan yang diambil tidak selalu merupakan keputusan yang tepat. Bisa jadi keputusan yang diambil merupakan keputusan yang disukai, walaupun dinilai kurang tepat.


3. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif dikenal juga dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas, atau nondirective. Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, pimpinan hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Pimpinan hanya menyajikan informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan pada karyawan untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pimpinan mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus.
Asumsi yang mendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa para karyawan akan lebih siap menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan dan strategi dimana mereka diberdayakan untuk mengembangkannya. Adapun kritikan terhadap gaya kepemimpinan ini adalah pembentukan konsensus yang banyak membuang waktu dan hanya berjalan bila semua orang yang terlibat memiliki komitmen terhadap kepentingan utama organisasi.

4. Kepemimpinan Berorientasi pada Tujuan
Gaya kepemimpinan seperti ini disebut juga kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasaran. Pimpinan yang menganut gaya seperti ini meminta anggota tim untuk memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang akan dicapai. Yang menjadi pokok bahasan dalam pendekatan ini hanya strategi yang dapat menghasilkan kontribusi nyata dan dapat diukur dalam mencapai tujuan organisasi. Adapun faktor kepribadian, dan faktor lainnya yang tidak berhubungan dengan tujuan organisasi, cenderung diabaikan. Kelemahan dari pendekatan ini adalah memiliki fokus yang terlampau sempit, dan seringkali berfokus pada perhatian yang keliru.

5. Kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpinan ini dikenal pula sebagai kepemimpinan tak tetap atau kontigensi. Asumsi dasarnya adalah bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan pun yang tepat bagi setiap pimpinan. Gaya kepemimpinan situasional menerapkan suatu gaya tertentu berdasarkan pertimbangan atas berbagai faktor seperti: pemimpin, pengikut, dan situasi (struktur tugas, peta kekuasaan dan dinamika kelompok).
KEKUASAAN DAN KONFLIK DALAM KEPEMIMPINAN
Kekuasaan
Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Kekuasaan seringkali dipergunakan silih berganti dengan istilah pengaruh dan otoritas. Berbagai sumber dan jenis kekuasaan dari beberapa teoritikus seperti French dan Raven, Amitai Etzioni, Kenneth W. Thomas, Organ dan Bateman, dan Stepen P Robbins telah dikemukakan dalam kegiatan belajar ini. Kekuasaan merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan kondisi yang berubah dan tindakan-tindakan para pengikut. Berkaitan dengan hal ini telah dikemukakan social exchange theory, trategic contingency theory dan proses-proses politis sebagai usaha untuk mempertahankan, melindungi dan me-ningkatkan kekuasaan.
Dalam kaitan dengan kekuasaan, para pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu agar efektif. Keberhasilan pemimpin sangat tergantung pada cara penggunaan kekuasaan. Pemimpin yang efektif kemungkinan akan menggunakan kekuasaan dengan cara yang halus, hati-hati, meminimalisasi perbedaan status dan menghindari ancaman- ancaman terhadap rasa harga diri para pengikut.

Pengaruh
Pengaruh sebagai inti dari kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah sikap, perilaku orang atau kelompok dengan cara-cara yang spesifik. Seorang pemimpin yang efektif tidak hanya cukup memiliki kekuasaan, tetapi perlu pula mengkaji proses-proses mempengaruhi yang timbal balik yang terjadi antara pemimpin dengan yang dipimpin.
Para teoretikus telah mengidentifikasi berbagai taktik mempengaruhi yang berbeda-beda seperti persuasi rasional, permintaan berinspirasi, pertukaran, tekanan, permintaan pribadi, menjilat, konsultasi, koalisi, dan taktik mengesahkan. Pilihan taktik mempengaruhi yang akan digunakan oleh seorang pemimpin dalam usaha mempengaruhi para pengikutnya tergantung pada beberapa aspek situasi tertentu. Pada umumnya, para pemimpin lebih sering menggunakan taktik-taktik mempengaruhi yang secara sosial dapat diterima, feasible, memungkinkan akan efektif untuk suatu sasaran tertentu, memungkinkan tidak membutuhkan banyak waktu, usaha atau biaya.
Efektivitas masing-masing taktik mempengaruhi dalam usaha untuk memperoleh komitmen dari para pengikut antara lain tergantung pada keterampilan pemimpin, jenis permintaan serta position dan personal power pemimpin tersebut.
Konflik
Konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana sebuah usaha dibuat dengan sengaja oleh seseorang atau suatu unit untuk menghalangi pihak lain yang menghasilkan kegagalan pencapaian tujuan pihak lain atau meneruskan kepentingannya.
Ada beberapa pandangan tentang konflik yaitu pandangan tradisional, netral dan interaksionis. Pandangan tradisional mengatakan bahwa konflik itu negatif, pandangan netral menganggap bahwa konflik adalah ciri hakiki tingkah laku manusia yang dinamis, sedangkan interaksionis mendorong terjadinya konflik.
Untuk mengurangi, memecahkan dan menstimulasi konflik ada beberapa pendekatan atau strategi yang dapat ditempuh sebagaimana disarankan oleh beberapa teoretikus.

PERKEMBANGAN MUTAKHIR TENTANG KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan Perempuan
       Perubahan lingkungan dan pergeseran budaya telah mempengaruhi dinamika kepemimpinan perempuan. Pada umumnya pemimpin perempuan cenderung diberikan porsi pada organisasi perempuan dan sosial. Namun dengan adanya globalisasi telah merubah paradigma kepemimpinan ke arah pertimbangan core competence yang dapat berdaya saing di pasar global Oleh sebab itu banyak organisasi berkaliber dunia yang memberikan kesempatan bagi perempuan yang mampu dan memenuhi persyaratan kepemimpinan sesuai situasi dan kondisi sekarang ini.
Hambatan bagi kepemimpinan perempuan lebih banyak akibat adanya stereotipe negatif tentang kepemimpinan perempuan serta dari mental (perempuan) yang bersangkutan. Stereotipe-stereotipe tersebut muncul sebagai akibat dari pemikiran individu dan kolektif yang berasal dari latar belakang sosial budaya dan karakteristik pemahaman masyarakat terhadap gender serta tingkat pembangunan suatu negara atau wilayah.
Dari hasil temuan, ternyata tidak ditemukan adanya perbedaan antara gaya kepemimpinan perempuan dengan laki-laki, walaupun ada sedikit perbedaan potensi kepemimpinan perempuan dan laki-laki, di mana keunggulan dan kelemahan potensi kepemimpinan perempuan dan laki-laki merupakan hal yang saling mengisi. Begitu juga dengan karakteristik kepemimpinan perempuan dan laki-laki dapat disinergikan menjadi kekuatan yang harmonis bagi organisasi yang bersangkutan.
Untuk menduduki posisi kepemimpinan dalan organisasi di era global, perempuan perlu meningkatkan ESQ dan memperkaya karakteristik kepemimpinannya dengan komponen-komponen, antara lain pembangunan mental, ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial serta menutupi agresivitasnya menjadi ketegasan sikap, inisiatif, dan percaya diri akan kompetensinya.

Kepemimpinan dalam Beragam Budaya dan Negara
Pada kegiatan belajar ini telah Anda lihat bahwa terdapat perbedaan mendasar dari sikap dan perilaku pemimpin pada berbagai Negara atau budaya. Namun demikian, terdapat dimensi kepemimpinan yang secara universal relatif sama yaitu setiap pemimpin diharapkan mampu proaktif dan tidak otoriter. Di samping itu, terdapat pula beberapa variasi sikap dan perilaku pemimpin di dalam kelompok budaya dan di dalam Negara pada berbagai budaya atau Negara. Demikian pula terdapat perbedaan sikap dan perilaku pemimpin pada Negara- Negara yang menganut system nilai berbeda.

Kepemimpinan Visioner
Seorang pemimpin visioner harus bisa menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih.
Oleh karena itu seorang pemimpin visioner harus:
  1. menyusun arah dan secara personal sepakat untuk menyebarkan kepemimpinan visioner ke seluruh organisasi.
  2. memberdayakan para karyawan dalam bertindak untuk mendengar dan mengawasi umpan balik.
  3. selalu memfokuskan perhatian dalam membentuk organisasi mencapai potensi terbesarnya.



Kepemimpinan Ahli
Pada era globalisasi, banyak terjadi perubahan dalam segala sendi kehidupan masyarakat, terutama yang berhubungan dengan bidang ekonomi perdagangan, industri, telekomunikasi dan informasi. Dalam masa post modernism yang sekarang sedang kita jalani, perubahan paradigma manajemen turut bergerak secara dinamis, dari paradigma manajemen klasik hingga paradigma post modernism yang salah satunya diwakili oleh learning organization dengan pengukuran kinerja balanced score card yang memperhitungkan pula keterkaitan dengan lingkungan luar organisasi.
Secara historis, paradigma kepemimpinan tersebut terbagi dalam beberapa lokus dan fokus keilmuan, yang diwakili dalam kelompok paradigma aliran wilayah utara, barat, timur dan global baru. Hal tersebut, dipaparkan dalam beberapa kategori, antara lain dalam kategori manajer individual, yang terbagi menjadi manajemen efektif (Drucker), manajemen perusahaan (Peters), manajemen kualitas total (Toyota), keahlian diri pada bidang tertentu (self- mastery); kategori kelompok sosial terbagi menjadi kerjasama tim yang efektif (Likert), pembagian nilai (Deal/Kennedy), siklus atau lingkaran kualitas (Sony), sinergi sosial; kategori organisasi secara keseluruhan yang terbagi menjadi organisasi yang hirarkis (Chandler), organisasi jaringan (Handy) organisasi ramping (Honda), organisasi yang belajar (learning organization), kategori ekonomi dan masyarakat yang terbagi menjadi tanggungjawab badan hukum (Chandler), perusahaan swasta yang mandiri atau bebas (Gilder), modal atau investasi sumber daya manusia (Ozaka) dan pembangunan yang berkelanjutan.
Globalisasi juga telah mempengaruhi terjadinya perubahan paradigma dalam praktik manajemen khususnya kepemimpinan. Secara garis besar, perbedaaan antara paradigma lama dan baru dilihat dari aspek-aspek antara lain berikut ini:
  1. dari aspek tanggung jawab organisasi: paradigma lama menitikberatkan pada pertanggungjawaban organisasi tentang lingkungan akibat dari proses input-proses-output organisasi sedangkan pada paradigma baru menekankan tanggungjawab pada pembangunan yang berkelanjutan.
  2. dari aspek tim manajemen: paradigma lama menekankan struktur dan fungsi interaksi kelompok untuk mencapai sinergi sosial dalam mengelola organisasi masing-masing, sedangkan paradigma baru menitikberatkan pada struktur dan proses dengan pendekatan learning organization.
  3. dari aspek kepemimpinan manajemen: paradigma lama menitikberatkan pada kapasitas individual manajer dalam memimpin, sedangkan paradigma baru menekankan keunggulan diri manajer (self-mastery) dalam memimpin.
Kesemua perjalananan dan dinamika faktor-faktor organisasi tersebut baik eksternal maupun internal, telah membawa perubahan paradigma kepemimpinan yang dinamis dan fleksibel. Perubahan tersebut banyak menyangkut pada pembentukan mental pribadi manajer dan pembentukan visi manajer serta organisasi.

APLIKASI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

Kepemimpinan, Organisasi dan Perubahan Lingkungan
Ada tiga jenis perubahan yaitu perubahan rutin, perubahan pengembangan, dan inovasi. Mengelola perubahan adalah hal yang sulit. Ukuran kapasitas kepemimpinan seseorang salah satu diantaranya adalah kemampuannya dalam mengelola perubahan. Kemampuan ini penting sebab pada masa kini pemimpin, akan selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan, sehingga pemimpin dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Pemimpin yang kuat bahkan mampu mempelopori perubahan lingkungan. Ada empat tahap yang harus dilakukan agar pemimpin dapat mengelola perubahan lingkungan. Tahap-tahap tersebut adalah pertama, mengidentifikasi perubahan; Kedua, Menilai posisi organisasi; Ketiga, Merencanakan dan melaksanakan perubahan; dan Keempat, Melakukan evaluasi. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka keempat langkah tersebut perlu dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan.
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Tugas utama seorang pemimpin adalah mengajak orang untuk menyumbangkan bakatnya secara senang hati dan bersemangat untuk kepentingan organisasi. Dengan demikian pemimpin atau manajer harus mengarahkan perilaku para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai. Para pemimpin perlu membentuk, mengelola, meningkatkan, dan mengubah budaya kerja organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer perlu menggunakan kemampuannya dalam membaca kondisi lingkungan organisasi, menetapkan strategi organisasi, memilih teknologi yang tepat, menetapkan struktur organisasi yang sesuai, sistem imbalan dan hukuman, sistem pengelolaan sumberdaya manusia, sistem dan prosedur kerja, dan komunikasi serta motivasi.
Salah satu cara mengembangkan budaya adalah dengan menetapkan visi yang jelas dan langkah yang strategis, mengembangkan alat ukur kinerja yang jelas, menindaklanjuti tujuan yang telah dicapai, menetapkan sistem imbalan yang adil, menciptakan iklim kerja yang lebih terbuka dan transparan, mengurangi permainan politik dalam organisasi, dan mengembangkan semangat kerja tim melalui pengembangan nilai-nilai inti.
Kepemimpinan dan Inovasi
Inovasi berbeda dengan kreativitas. Kreativitas lebih berfokus pada penciptaan ide sedangkan inovasi berfokus pada bagaimana mewujudkan ide. Karena inovasi adalah proses mewujudkan ide, maka diperlukan dukungan dari faktor-faktor organisasional dan leaderships.
Dalam membahas inovasi paling tidak ada duabelas tema umum yang berkaitan dengan pembahasan tentang inovasi yaitu kreativitas dan inovasi, karakteristik umum orang-orang kreatif, belajar atau bakat, motivasi, hambatan untuk kreatif dan budaya organisasi, struktur organisasi, struktur kelompok, peranan pengetahuan, kreativitas radikal atau inkrimental, struktur dan tujuan,proses, dan penilaian. Kemampuan organisasi dalam mengelola keduabelas tema tersebut akan menentukan keberhasilannya dalam melakukan inovasi.
Inovasi berkaitan erat dengan proses penciptaan pengetahuan. Proses penciptaan pengetahuan dilakukan dengan melakukan observasi atas kejadian, mengolahnya menjadi data, lalu data dijadikan informasi, dan informasi diberikan konteks sehingga menjadi pengetahuan. Pengetahuan inilah yang oleh pemimpin dijadikan arah atau bekal untuk melakukan inovasi. Organisasi yang mampu secara terus menerus melakukan penciptaan pengetahuan disebut sebagai learning organization.







DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar